Mari Mengembangkan Modul sebagai Bahan Ajar Berbasis Aktivitas

Oleh: Dra. Irene Susida Wb., M.Pd. (Guru SMP Krista Mitra Semarang)

Bahan ajar merupakan seperangkat bahan untuk membelajarkan peserta didik yang disusun secara sistematis untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan dan berisi aktivitas-aktivitas peserta didik beserta materi-materi ajar yang dipelajarinya. Bahan ajar bukan semata-mata dikembangkan untuk menguraikan materi ajar dengan keluasan dan kedalamannya, tetapi terukur sejalan dengan kompetensi yang akan dicapainya.

Kompetensi pembelajaran mencakup kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan. Dalam menyajikan bahan ajar ketiga kompetensi tersebut dinyatakan secara “blended”, karena hakikat belajar adalah memberi makna secara utuh atas apa yang dipelajarinya. Oleh karena itu, menjadi kewajiban guru untuk mengembangkan bahan ajar yang utuh kompetensinya dan baik dalam penyajiannya.

 

Salah satu bentuk sajian bahan ajar adalah modul pembelajaran. Modul itu sendiri adalah bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, yang di dalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu siswa menguasai tujuan belajar yang spesifik secara mandiri dan tuntas. Sifat mandiri dalam modul menuntut siswa untuk mempelajarinya sendiri dan berkonsultasi kepada guru ketika melakukan konfirmasi atau mempertanyakan hal-hal yang dianggap sulit olehnya. Tuntas mengindikasikan, siswa menguasai kompetensi secara utuh sesuai dengan tujuan yang dicantumkan dalam modul.

Bagaimana mengembangkan modul sebagai bahan ajar yang baik? Ada beberapa karakteristik modul yang baik, antara lain:

  • Memfasilitasi siswa belajar secara mandiri dengan bantuan yang relatif minimum dari guru.
  • Utuh dan lengkap.
  • Memberi konfirmasi langsung terhadap respon siswa.
  • Menyediakan evaluasi mandiri terhadap penguasaan siswa atas hasil belajarnya.
  • Tidak tergantung pada bahan ajar lain.
  • Memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.
  • Bersifat membantu dan akrab dengan siswa.

Untuk memenuhi tuntutan yang demikian, maka pengembangan modul sebagai bahan ajar berbasis aktivitas merupakan suatu keharusan.

Pengalaman penulis dalam menulis modul, (dapat dilihat dalam laman Direktorat Sekolah Menengah Pertama, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia http://ditsmp.kemdikbud.go.id/download/modul-pjj-gasal-bahasa-indonesia-kelas-viii-2020/ atau http://ditsmp.kemdikbud.go.id/modul-pjj-bahasa-indonesia-kelas-8-semester-genap/ ) misalnya, sajian materi ajar diawali dengan sapaan hangat kepada siswa, dilanjutkan dengan beberapa pertanyaan sebagai apersepsi, lalu masuk pada bagian aktivitas siswa dengan mendialogkan bahan ajar, mengisi tabel, membedakan konsep melalui tabel perbandingan, membuat peta konsep, membuat contoh, mengevaluasi konsep, membuat konsep baru, membuat rangkuman, dan melakukan refleksi dengan menggunakan berbagai graphic organizer. Gambar yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari sajian bahan ajar harus dirujuk sumber referensinya untuk menghindari plagiasi. Pada bagian akhir modul dilengkapi kunci jawaban penugasan, evaluasi pembelajaran dan kunci jawabannya, serta pedoman penskorannya. Dengan demikian siswa dapat mengukur ketercapaian kompetensinya secara mandiri dan tuntas. Modul diakhiri dengan daftar pustaka dan glosarium.

Modul sebagai salah satu bentuk pengembangan bahan ajar juga harus memiliki identitas yang jelas, maka perwajahan modul menjadi penanda yang sangat penting. Contoh perwajahan tersebut sebagai berikut.