Oleh : Stepanus Haryanto, S.Si
Sobat Krismit yang terkasih, Home Economics (HE) bukanlah hal yang baru di Sekolah Krista Mitra. Pelajaran ini sudah berlangsung beberapa tahun yang lalu terutama di masa pandemi covid-19. Tentu Sobat Krismit masih ingat atau barangkali malah lupa atau belum tahu mengapa Home Economics diajarakan. Kali ini saya mencoba untuk mengingatkan kembali mengapa Home Economics (HE) diajarakan di Sekolah Krista Mitra.
Bagi Krista Mitra, Home Economics menjadi sangat penting bagi anak-anak usia sekolah karena pelajaran ini dipandang menjadi media bagi peserta didik untuk mengasah nurani dan keterampilan mereka dalam mengelola sebuah rumah tangga. Melalui Home economics ini peserta didik juga memiliki kesempatan untuk membangun kepedulian terhadap sesama anggota keluarga sehingga mereka benar-benar cinta keluarga. Jika ada rasa cinta dalam keluarga maka keluarga tersebut menjadi sebuah keluarga yang harmonis dan bahagia. Keluarga yang harmonis dan bahagia akan menciptakan suasana kedamaian sehingga tidak ada cekcok di sana- sini. Negara yang damai dan sejahtera diawali dari keluarga-keluarga yang damai dan harmonis bukan?
Konsep “Kemengapaan”, inilah yang harus ditanamkan dalam benak peserta didik. Mengapa perlu melakukan hal ini, hal itu dan lain sebagainya harus benar-benar jelas, gamblang sehingga peserta didik betul-betul mengerti mengapa perlu melakukan sesuatu. Apa tujuannya, apa dampaknya dalam jangka pendek dan jangka panjang harus teridentifikasi dengan jelas. Peserta didik tidak boleh melakukan sesuatu atas dasar aturan tetapi atas dasar kesadaran penuh dari dalam dirinya. Oleh karena itu perlu pembiasaan secara terus-menerus.
Mulai hari Sabtu tanggal 3 September 2022, SMP Krista Mitra telah menetapkan hari Sabtu sebagai “Hari Bakti” bagi peserta didik. Hari Sabtu diwajibkan bagi peserta didik untuk benar-benar mengabdikan hidupnya untuk keluarga atau orang tua. Mereka bisa melakukan tindakan-tindakan baik mulai dari yang sederhana. Merapikan tempat tidur, menyapu lantai dan halaman, mengepel, membantu menjemur, dll. Itu semua dilakukan dalam rangka membiasakan peserta didik agar tidak serta merta menyerahkan semua pekerjaan rumah kepada asisten rumah tangga. Kalau sudah terbiasa diharapkan menjadi habit yang baik yang bisa berdampak baik bagi keluarga dan masyarakat. Mereka juga diajak untuk memaknai secara mendalam bahwa “Melayani adalah suatu kehormatan bukanlah beban.”
Program ini tentu tidak akan berjalan baik tanpa campur tangan orang tua. Oleh karena itu sekolah berinisiaptif untuk mengajak orang tua agar turut mengawasi kegiatan anak-anaknya di rumah. Lalu bagaimana cara mengontrolnya? Orang tua bisa berkomunikasi dengan Wali kelas tentang kegiatan puter/puterinya di rumah. Pihak Sekolah bisa menggunakan Learning Management System (LMS) sebagai tempat bagi peserta didik melaporkan kegiatannya. Sinergi antara Orang tua dan sekolah menjadi kuncinya.