Sobat Krismit yang terkasih, suatu ketika ada sebuah antrian panjang dalam sebuah Pom Bensin. Entah mengapa hal ini terjadi, mungkin pas berbarengan waktunya dengan banyaknya orang yang sedang keluar rumah/kantor atau barangkali karena persediaan bahan bakar di Pom Bensin terdekat sedang kosong. Orang dengan sabar mengantri satu-satu untuk mengisi BBM di kendaraannya. Tetapi tiba-tiba datanglah dua orang setengah baya berambut gondrong (gondes= gondrong ndesa) yang tiba-tiba menyerobot di tengah antrian itu dan meminta kepada petugas Pom Bensin agar segera mengisikan bahan bakar ke kendaraannya terlebih dahulu. Sontak…..beberapa orang terkaget-kaget melihat tingkah orang itu dan terdiam seolah memendam rasa dan menahan tanya yang bersarang di pikirannya. Namun, tidak semuanya seperti itu. Ada satu orang yang berpenampilan biasa nan sederhana mendekat dan berbincang-bincang dengan orang tersebut. Rupanya, ia menegur orang itu atas perbuatannya yang tidak terpuji.
Apa yang terjadi? Terjadilah keributan di tengah panjangnya antrian calon pembeli bensin. Namun, Sang Penegur tadi cukup berani dan tidak sedikit pun mundur atas komitmennya untuk berusaha menyadarkan orang itu sekaligus memberikan kesaksian kepada banyak orang bahwa yang tidak benar janganlah dibiarkan. Untung, orang-orang di belakang antrian yang merasa dirugikan atas tingkah orang itu tidak mengeroyok dan memukulinya. Kebetulan antrian di belakangnya adalah para perempuan yang masih bisa menahan emosi dan hanya sedikit ngomel, nggedumel dan sejenisnya.
Sobat Krismit……sepenggal kisah ini menjadi semacam penanda dan sekaligus pengingat atau penggugah hati kita bahwa karakter itu tidak boleh diabaikan. Sebagai makhluk sosial kita kerap sekali berinteraksi dengan banyak orang dari berbagai latar belakang dan kepentingan yang berbeda-beda. Kita tidak bisa berbuat “semau gue” asal kita happy.
Tentunya di antara kita pernah juga menyaksikan tingkah polah seseorang yang sebetulnya merendahkan dirinya sendiri. Misalnya, buang sampah sembarangan, berbicara kotor/mengumpat sembarangan, tidak jujur dan masih banyak lagi yang menyimpang dari karakter. Lalu, apa yang mesti kita perbuat?
Berani dan berkomitmen. Dua kata kunci ini menjadi semacam mesin dinamo yang mampu menggerakkan seseorang untuk tetap setia dan tegak lurus pada yang namanya KARAKTER. Mestinya, kita tidak boleh tinggal diam dan membiarkan berlalu begitu saja ketika ada orang-orang yang menyimpang dari tata aturan dan kebiasaan-kebiasaan baik yang sudah ada. Kita harus selalu berusaha sekuat tenaga untuk meluruskan yang bengkok, mengingatkan yang salah dan konsisten memberikan keteladanan bagi siapa pun. Kalau demikian adanya maka pantaslah kita disebut sebagai seorang “Pejoeang” Karakter.
Oleh : St. Haryanto