Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etis artinya sesuai dengan etika atau sesuai dengan asas perilaku yang disepakati secara umum. Seseorang dikatakan etis dalam bertindak jika ia secara nyata berperilaku yang tidak menyimpang dari etika. Apa itu etika? Dari beberapa referensi dapat disimpulkan bahwa etika adalah suatu ilmu tentang kesusilaan dan perilaku manusia dalam pergaulannya dengan sesama yang menyangkut prinsip dan aturan tentang tingkah laku yang benar.
Ketika kita menyaksikan tingkah atau perilaku seseorang yang tidak sesuai dengan etika maka secara spontan kita mengatakan bahwa orang tersebut kurang etis atau tidak etis bahkan kalau lebih parah lagi kita katakan kurang ajar. Setiap hari dalam relasi kita dengan orang lain tidak akan pernah lepas dengan etika maka dalam hal ini pemahaman kita tentang etika menjadi sangat penting dan urgen. Tujuannya apa? Supaya relasi kita dengan orang lain berjalan harmonis, tidak ada yang merasa direndahkan, tidak dihargai, dan tidak diuwongke (baca: dihargai sebagai seorang pribadi).
Sebagai makhluk sosial tentu kita memiliki banyak komunitas: lingkungan kerja, masyarakat, gereja, dan komunitas-komunitas lain yang kita ada di dalamnya. Dalam lingkungan kerja, tentu ada etika yang harus dipegang antara pimpinan atau koordinator dengan pihak-pihak yang dipimpin. Dalam masyarakat, harus ada etika antar warga; dalam gereja, etika antara umat dan Pendeta atau Pastur serta antar umat itu sendiri. Ada ungkapan yang sangat menarik dari seorang penulis Inggris Aldous Huxley (1894-1963): “Kebaikan adalah produk dari seni etis dan spiritual individu; tidak dapat diproduksi secara massal.” Dari ungkapan ini kita diingatkan bahwa kebaikan berawal dari adanya seni etis. Komunitas kita akan berkualitas jika di dalamnya dihidupi oleh yang namanya etika
Dalam komunitas pendidikan, guru menjadi ujung tombak bagi tumbuh kembangnya etika dalam diri siswa. Maka dari itu guru yang notabene sebagai sosok yang digugu dan ditiru tidak boleh bosan untuk memberikan keteladanan kepada para siswa. Demikian pula orang tua di rumah dan tokoh-tokoh masyarakat maupun tokoh agama. Anak-anak kita memerlukan keteladanan di rumah, di sekolah, di tempat ibadah, dan di lingkungan masyarakat. Satu ungkapan yang perlu kita ingat terus:
“Bertindak tidak etis sama artinya mendemonstrasikan watak dan tingkah laku yang menunjukkan kerendahan budi kita sendiri.”
“SATUKAN HATI-ASAH NURANI”
St. Haryanto, S.Si., M.M.
Penulis adalah Kepala SMP Krista Mitra sekaligus Guru Pengampu mata pelajaran Matematika.